Cerita ini berawal dari pekerjaanku sebagai pendamping kelurahan dari
sebuah program pemerintah bernama P2KP. Sekarang program tersebut
melebur menjadi PNPM-Mandiri Perkotaan. Kebetulan aku ditempatkan di tim
PAKET. sekedar info saja, PAKET (Program Kemiskinan Terpadu), merupakan
dana hibah yang dikucurkan APBN dengan disertai dana dampingan dari stakeholders di daerah (APBN, Dinas dll) -yang bikin ribut di Semarang-.
***
DI Kendal tahun ini mendapat dana 2,5 M dari APBN dan dampingan 2,5 M dari APBD dan masyarakat.. ..Oh ya dana PAKET APBN sesuai peruntukkannya sebagai dana stimulan pembangunan di daerah. artinya ada persentase dana swadaya yang harus disediakan masyarakat dan desa untuk menunjang pembangunan di desa tersebut.
Singkat cerita, pengajuan tahun ini dari 23 desa di Kabupaten Kendal hampir 100 % mengajukan rehab rumah diantara 3 proposal yang diajukan desa. sebenarnya capek juga harus mendampingi masyarakat di 23 desa, dari wilayah bukit seperti desa Sukorejo, Desa Kebumen di Kec Sukorejo.... wilayah pesisir pantai seperti desa Rowosari Desa Gempolsewu yang terkenal Sendang Sekucingnya -ndak tahu kenapa dinamakan sekucing, apa karena banyak kucingnya ya ?????- sampai daerah perkotaan di kendal dan kaliwungu. Dari Daerah selatan bagian Barat hingga daerah Seltan bagian Timur.
Kayaknya tiap bulan aku harus menjelajah seluruh kendal. Aku juga tidak tahu kenapa hampir semua desa mengajukan rehab rumah. apa karena sudah tidak mampunya pemerintah menyediakan rumah layak huni ya.....
Back to the story.....Dalam setiap pengajuan proposal, maka tim harus melakukan verifikasi lapangan dan kesediaan warga sekitar untuk nyengkuyung bareng warga yang akan di rehab. Setelah verifikasi, aku malu sendiri. memang di Kendal banyak warga yang memiliki rumah yang tidak layak huni. q jadi malu sendiri..... pada ngapain ya pejabat di negeri ini setelah 63 tahun kita merdeka masih banyak kok banyak gubuk yang reot. Kalau kita tiup kayaknya pasti rubuh dehhhh.....( kali ya)
Tapi bukan itu yang bikin saya ngenes. Dalam setiap pengajuan, maka kita juga harus menanyakan kesediaan warga sekitar untuk ikut swadaya. ketika kita tanya untuk pembangunan paving jalan, aspal ataupun SPAL mereka dengan kompak menyatakan siap. tetapi ketika menanyakan bagaimana dengan rehab rumah. "eit nanti dulu, mas. masak yang menerima dana si X kita yang ikut urunan. lha wong rumah aja.....bla. ..bla.... bla...... ". itulah mungkin kira-kira yang mereka ucapkan.
Saya jadi berpikir, ternyata kehidupan invidualis dan materialistik sudah masuk ke desa-desa. mana nilai kegotongroyongan warisan nenek moyang kita. sambatan misalnya.Yaitu masyarakat bergotong royong menyumbang apa saja ketika tetangganya membangun rumahnya.
Apa masyarakat kita sudah terkikis hanya karena materi. mungkin pikiran kita telah terkotori oleh berbagai macam bantuan sehingga untuk bisa mendapatkan bantuan rela "mengorbankan" orang disekitar kita. saya masih ingat bagaimana pak eRTe menjadi bulan-bulanan warganya ketika tidak mendapat jatah BLT atau yang terbaru dan pernah tak alami bagaimana warga yang sudah berkecukupan rela menggadaikan kejujurannya dengan memalsu data agar mendapat jatah bantuan konversi minyak tanah ke kompor gas. Naudzubillah.
Padahal seingat saya ada hadist yang menjelaskan tentang bagaimana bila ada warga satu kampung yang kelaparan dan tidak ada yang tahu serta membantunya maka akan mendapat azab dari Allah (maaf aku tidak hapal teksnya). lha ini, mereka tidak cuma kelaparan, tapi juga tidur beratap bintang dan langit dan beralas tanah.
Apakah slogan P2KP Kita Peduli Kita Bisa Atasi masih relevan.....
Tapi saya masih percaya masih banyak Usman bin Affan di negeri ini. seorang kaya yang rela membeli sumur dan mewakafkan sumur tersebut kepada warga ketika musim kemarau tiba. atau seorang Abu Bakar yang rela menginfaqkan seluruh hartanya untuk jihad dan dengan lantang berbicara cukup Allah dan RasulNya sebagai jaminan. Apakah kita peduli......?
Arif Fajar Hidayat
Pegiat Komunitas Wedangjae
Pendamping PNPM di Kendal
***
DI Kendal tahun ini mendapat dana 2,5 M dari APBN dan dampingan 2,5 M dari APBD dan masyarakat.. ..Oh ya dana PAKET APBN sesuai peruntukkannya sebagai dana stimulan pembangunan di daerah. artinya ada persentase dana swadaya yang harus disediakan masyarakat dan desa untuk menunjang pembangunan di desa tersebut.
Singkat cerita, pengajuan tahun ini dari 23 desa di Kabupaten Kendal hampir 100 % mengajukan rehab rumah diantara 3 proposal yang diajukan desa. sebenarnya capek juga harus mendampingi masyarakat di 23 desa, dari wilayah bukit seperti desa Sukorejo, Desa Kebumen di Kec Sukorejo.... wilayah pesisir pantai seperti desa Rowosari Desa Gempolsewu yang terkenal Sendang Sekucingnya -ndak tahu kenapa dinamakan sekucing, apa karena banyak kucingnya ya ?????- sampai daerah perkotaan di kendal dan kaliwungu. Dari Daerah selatan bagian Barat hingga daerah Seltan bagian Timur.
Kayaknya tiap bulan aku harus menjelajah seluruh kendal. Aku juga tidak tahu kenapa hampir semua desa mengajukan rehab rumah. apa karena sudah tidak mampunya pemerintah menyediakan rumah layak huni ya.....
Back to the story.....Dalam setiap pengajuan proposal, maka tim harus melakukan verifikasi lapangan dan kesediaan warga sekitar untuk nyengkuyung bareng warga yang akan di rehab. Setelah verifikasi, aku malu sendiri. memang di Kendal banyak warga yang memiliki rumah yang tidak layak huni. q jadi malu sendiri..... pada ngapain ya pejabat di negeri ini setelah 63 tahun kita merdeka masih banyak kok banyak gubuk yang reot. Kalau kita tiup kayaknya pasti rubuh dehhhh.....( kali ya)
Tapi bukan itu yang bikin saya ngenes. Dalam setiap pengajuan, maka kita juga harus menanyakan kesediaan warga sekitar untuk ikut swadaya. ketika kita tanya untuk pembangunan paving jalan, aspal ataupun SPAL mereka dengan kompak menyatakan siap. tetapi ketika menanyakan bagaimana dengan rehab rumah. "eit nanti dulu, mas. masak yang menerima dana si X kita yang ikut urunan. lha wong rumah aja.....bla. ..bla.... bla...... ". itulah mungkin kira-kira yang mereka ucapkan.
Saya jadi berpikir, ternyata kehidupan invidualis dan materialistik sudah masuk ke desa-desa. mana nilai kegotongroyongan warisan nenek moyang kita. sambatan misalnya.Yaitu masyarakat bergotong royong menyumbang apa saja ketika tetangganya membangun rumahnya.
Apa masyarakat kita sudah terkikis hanya karena materi. mungkin pikiran kita telah terkotori oleh berbagai macam bantuan sehingga untuk bisa mendapatkan bantuan rela "mengorbankan" orang disekitar kita. saya masih ingat bagaimana pak eRTe menjadi bulan-bulanan warganya ketika tidak mendapat jatah BLT atau yang terbaru dan pernah tak alami bagaimana warga yang sudah berkecukupan rela menggadaikan kejujurannya dengan memalsu data agar mendapat jatah bantuan konversi minyak tanah ke kompor gas. Naudzubillah.
Padahal seingat saya ada hadist yang menjelaskan tentang bagaimana bila ada warga satu kampung yang kelaparan dan tidak ada yang tahu serta membantunya maka akan mendapat azab dari Allah (maaf aku tidak hapal teksnya). lha ini, mereka tidak cuma kelaparan, tapi juga tidur beratap bintang dan langit dan beralas tanah.
Apakah slogan P2KP Kita Peduli Kita Bisa Atasi masih relevan.....
Tapi saya masih percaya masih banyak Usman bin Affan di negeri ini. seorang kaya yang rela membeli sumur dan mewakafkan sumur tersebut kepada warga ketika musim kemarau tiba. atau seorang Abu Bakar yang rela menginfaqkan seluruh hartanya untuk jihad dan dengan lantang berbicara cukup Allah dan RasulNya sebagai jaminan. Apakah kita peduli......?
Arif Fajar Hidayat
Pegiat Komunitas Wedangjae
Pendamping PNPM di Kendal
Komentar
Posting Komentar