Assalamu'alaikum Wr.Wb, Ini adalah sebuah milestone atau sebuah tonggak baru atau Nol Kilometer bagi Komunitas Wedangjae online. Setelah didirikan tahun 2002 dan memiliki web untuk pertama kali tahun 2003 di Geocities (free) menggunakan Dreamweaver, Flash, dan Frontpage, hingga mengalami pasang surut dengan web berbasis CMS berdomain dotcom (2006-2010) dan dotnet (2010-2017), kini Wedangjae hadir kembali dalam bentuk yang lebih praktis, menggunakan blog engine sebagai 'angkringan'-nya. Sebagian tulisan adalah arsip digital para pegiatnya atau kegiatan yang pernah dilakukan Wedangjae, sehingga tanggal posting sebelum Maret 2018. Sebagian yang lain adalah karya terbaru di awal-awal tahun 2018. Semoga bermanfaat. Wassalamualaikum Wr.Wb.
Bagi masyarakat sekitar desa bringinsari, keberadaan gula tebu bukan barang asing lagi. Merupakan hasil perasan tebu lokal, kemudian dimasak 4 jam dan dicetak menggunakan batok kelapa. Bentuk batok dan berwarna coklat mirip dengan gula jawa atau gula nira. Bagi orang yang tidak biasa, akan terkecoh dengan penampilannya dan mengira gula jawa. Produksi gula tebu ini masih tradisional dan alami. Salah satu ciri kealamiannya yaitu dari rasanya. Kalau rasanya yang muncuk manis, manis, manis dan tidak ada pahit getirnya kemungkinan masih alami. Dengan rasa yang seperti ini dimungkinkan prosesnya alami dan tidak ada campuran sama sekali dengan bahan kimia atau lainnya. Bagi penduduk desa bringinsari, produksi gula tebu hanya sebagai sampingan. Paling hanya menghasilkan pendapatan Rp 100.000/bulan. Dengan program comunity development, produk ini sebenarnya bisa lebih dikembangkan potensinya. Ada beberapa tahap pengembangan produk ini agar bisa masuk pasar premium. Pertama, para